Sunday, May 15, 2011

Cintaku di Toko Kelontong

          Memang menyenangkan ketika kita beranjak dewasa. Di sekolah pelajaran sudah mulai bermanfaat. Misalnya pelajaran membuat telur asin, menyemati biji sawi, membedah perut kodok, keterampilan menyulam, menata jamur, dan praktik memasak. Selain itu, kami juga sudah dapat berbicara bahasa Inggris walaupun masih terbata-bata. Menurutku, tugas yang paling menyenangkan yaitu pada saat kita belajar untuk menerjemahkan lagu lama yang berjudul "Have I Told You Lately That I Love You". Lagu ini mempunyai arti yang indah yang menceritakan tentang seorang anak muda yang benci sekali ketika disuruh gurunya membeli kapur tulis. Sampai pada suatu hari ketika ia berangkat dengan jengkel untuk membeli kapur tersebut, nasib telah menunggunya di pasar ikan dan menyergapnya tanpa ampun. 
          Bagiku, membeli kapur adalah salah satu tugas yang paling tidak menyenangkan selain menyiram bunga. Kami biasa membeli kapur di toko Sinar Harapan yang terletak di Belitong Timur yang letaknya sangat jauh dari sekolah kami. Untuk pergi kesana dibutuhkan orang yang kuat untuk mencium bau lobak asin, tauco, kanji, kerupuk udang, ikan teri, asam jawa, air tahu, terasi, kembang kol, pedak cumi, jengkol, kacang merah, dan berbagai bau darah ikan yang membuat daerah toko itu menjadi semakin berbau amis. Selain itu, jika kita masuk ke toko itu, maka baunya akan tercampur dengan mainan anak-anak, aroma kapur barus yang membuat mata berair, bau cat minyak, bau gaharu, bau sabun colek, bau obat nyamuk, dan bau tembakau lapuk yang terletak di atas rak besi yang sudah bertahun-tahun tidak laku dijual.
          Hari ini adalah giliranku dan Syahdan untuk membeli kapur. Kami naik sepeda dan membuat perjanjian bahwa saat berangkat ia akan memboncengku sampai ke sebuah kuburan Tionghua, dan setelah itu, aku akan menggantikannya mengayuh sampai ke pasar. Aku menaiki sepeda itu tanpa selera, setengah hati dan menyesali tugas yang diberikan ini sepanjang perjalanan. Aku kesal karena rantai sepeda yang terlalu kencang yang membuat sepeda itu susah dan berat untuk dikayuh.
          Pembelian sekotak kapur adalah transaksi yang tidak penting sehingga pembelinya harus menunggu sampai juragan toko selesai melayani pembeli lainnya. Sehingga dapat kuakui, aku menunggu cukup lama untuk dilayani. Setelah aku berkata kepada penjaga toko bahwa aku diminta Ibu Mus di Sekolah Muhammadiyah untuk mengambil kapur, penjaga toko tersebut berteriak kepada orang di belakang toko dengan maksud mengambilkan kami kapurnya. Seketika itu, terdengar suara lantang, nyaring, dan cepat seorang gadis kecil yang bersuara sangat merdu. Kotak kapur itu dikeluarkan melalui sebuah lubang kecil persegi empat. Setelah lama menunggu, akhirnya gadis itu mengeluarkan tangannya dari lubang kecil itu untuk memberikan sekotak kapur itu kepadaku. Gadis ini sangat misterius bagiku, ia tidak pernah berkata apa-apa kepadaku, melainkan hanya memberikan sekotak kapur dan menarik tangannya cepat-cepat. Sudah bertahun-tahun aku mencoba mencari tahu penampilan pemilik kuku indah tersebut, tapi tidak pernah berhasil. Bagi penjaga toko itu, kami hanyalah pelanggan yang tidak menguntungkan melainkan hanya merepotkan. Sampai pada suatu hari, aku menjatuhkan sekotak kapur yang sudah aku ambil dari tangannya, dan pada saat itu, gadis itu membuka tirainya dan kami dapat beradu pandang dekat sekali. Saat itu aku merasa jarum detik seluruh jam yang ada di dunia ini berhenti berdetak. Aku terpana dan merasa seperti melayang. Bau busuk toko itu seketika menjadi harum semerbak seperti minyak kesturi dalam botol-botol liliput. Selain itu, Syahdan yang biasanya terlihat jelek, menjadi seperti Nat King Cole.
          Aku berbalik meninggalkan toko itu dan merasa kehilangan seluruh bobot tubuh dan beban hidupku. Aku menghampiri sepeda reyot Pak Harfan yang sekarang terlihat seperti sepeda keranjang baru. Aku dihinggapi perasaan bahagia yang aneh, perasaan yang tidak pernah aku alami sebelumnya.   

0 comments:

Post a Comment